PENDAHULUAN
Pengertian dan
Tujuan Cukur Rambut
Pangkasan adalah tindakan untuk mengurangi panjangnya
rambut dengan satu pola pemangkasan yang telah ditentukan sebelumnya.
Sedang tujuan dari pemankasan adalah
sebagai berikut:
1.
Mengurangi
panjang rambut
2.
Membentuk
kesan muka kearah oval
3.
Mengganti
model rambut
4.
Merapikan
bentuk rambut atau suatu proses penataan
PEMBAHASAN
Sejarah
Sejauh ini,
belum ada catatan pasti kapan pertama kali sejarah para tukang cukur rambut
muncul di Indonesia. Namun, dalam banyak sumber-sumber lisan maupun dokumentas
foto-foto menyebutkan bahwa sebenarnya budaya tukang cukur yang ada di
Indonesia berasal dari daratan Tiongkok (Cina). Sejarah potong rambut
disebut-sebut sudah ada sejak zaman purba, jauh sebelum Robert Hincliffe asal
Inggris menemukan gunting pada 1761.
Di Indonesia, jejak
tukang cukur jalanan bisa ditemukan pada dokumentasi foto-foto zaman kolonial
Belanda. Misalnya dokumentasi foto Indonesia tempo dulu milik KITLV (Koninklijk
Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde) yang bermarkas di Leiden, Belanda.
Lembaga itu
menyimpan banyak koleksi foto para tukang cukur rambut jalanan di beberapa kota
besar Indonesia mulai periode 1911 hingga 1930-an. Misalnya foto aktivitas
orang Madura di Surabaya yang berprofesi sebagai tukang cukur pada 1911 dan
tukang cukur rambut asal Tiongkok di Medan pada 1931.
Tukang cukur
memang pernah identik dengan orang Madura. Seperti ditulis Muh Syamsuddin dalam
jurnalnya berjudul: Agama, Migrasi dan orang Madura pada 2007 lalu. Dia
menganalisis bahwa perjalanan migrasi orang-orang dari pulau garam itu terjadi
sejak konflik antara Trunojoyo dan Amangkurat II pada 1677. Konflik itu
menyebabkan para pengikut Trunojoyo enggan kembali ke Madura.
Orang-orang ini
pada beberapa masa kemudian memilih mencari nafkah di sektor informal, seperti
tukang soto, tukang sate, dan tukang cukur. Selain kuatnya tradisi migrasi itu
merupakan bentuk jawaban terhadap kondisi ekologis pulau Madura yang gersang
dan tandus.
Haryoto Kunto dalam bukunya berjudul: Wajah Bandoeng Tempo Doeloe (1984), pernah menuliskan bahwa orang Tiongkok di Bandung pada masa lalu ternyata juga dikenal menguasai profesi sebagai pemangkas rambut dan mengorek kotoran telinga dengan alat yang disebut "kili-kili."
Haryoto Kunto dalam bukunya berjudul: Wajah Bandoeng Tempo Doeloe (1984), pernah menuliskan bahwa orang Tiongkok di Bandung pada masa lalu ternyata juga dikenal menguasai profesi sebagai pemangkas rambut dan mengorek kotoran telinga dengan alat yang disebut "kili-kili."
Orang-orang
Tiongkok zaman dulu juga banyak yang menjadi tukang cukur. Persebaran
orang-orang dari daratan Tiongkok ini memang terjadi sejak berabad-abad lampau
lamanya. Mereka bermigrasi dan menyebar ke banyak negara, termasuk ke
pelosok-pelosok wilayah Nusantara.
Selain orang
Madura dan Tiongkok, dalam buku itu Haryoto juga menyebut bahwa beberapa orang
Jepang juga memiliki toko pangkas rambut di alun-alun Bandung pada 1932,
misalnya Toko Tjijoda, Toko Nanko, dan Toyama.
Selain
daerah-daerah itu, tukang cukur belakangan juga identik dengan Garut. Ada
ribuan tukang cukur lahir dari kota itu, dan menyebar ke banyak daerah. Konon,
cerita banyaknya tukang cukur asal Garut ini lekat dengan kisah pemberontakan
DI/TII yang dipimpin Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo, antara 1949 hingga
1950-an.
Akibat konflik
itu, banyak orang-orang garut bermigrasi ke daerah lain. Untuk bertahan hidup,
mereka ada yang sekadar bekerja menjadi tukang cukur. Ternyata profesi itu
menjanjikan, sehingga akhirnya banyak ditiru orang-orang Garut lainnya.
Bahkan, karena
banyaknya orang Garut menjadi tukan cukur, sampai-sampai dijadikan bahan
banyolan hakim yang memimpin sidang kasus pemberontakan Kartosoewirjo. Seperti
ditulis dalam buku Tempo berjudul "Kartosoewirjo: mimpi negara
Islam".
Di buku itu
ditulis cerita dari sumber resmi tentara yang banyak dikutip di koran-koran
pada waktu itu, yang menyebutkan bahwa pada sidang perdana, Kartosoewirjo
ditanyai soal kejelasan identitas dan perkara yang dia hadapi. "Jangan
sampai yang dihadirkan dalam sidang ini adalah Kartosoewirjo tukang cukur, bukan
Kartosoewirjo pemimpin gerombolan," kata Hakim sidang waktu itu.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar