Minggu, 17 Januari 2016

Makalah Profesi Pencukur Rambut



PENDAHULUAN


Pengertian dan Tujuan Cukur Rambut

Pangkasan  adalah tindakan untuk mengurangi panjangnya rambut dengan satu pola pemangkasan yang telah ditentukan sebelumnya. Sedang  tujuan dari pemankasan adalah sebagai berikut:
1.      Mengurangi panjang rambut
2.      Membentuk kesan muka kearah oval
3.      Mengganti model  rambut
4.      Merapikan bentuk rambut atau suatu proses penataan




PEMBAHASAN





Sejarah

Sejauh ini, belum ada catatan pasti kapan pertama kali sejarah para tukang cukur rambut muncul di Indonesia. Namun, dalam banyak sumber-sumber lisan maupun dokumentas foto-foto menyebutkan bahwa sebenarnya budaya tukang cukur yang ada di Indonesia berasal dari daratan Tiongkok (Cina). Sejarah potong rambut disebut-sebut sudah ada sejak zaman purba, jauh sebelum Robert Hincliffe asal Inggris menemukan gunting pada 1761.

Di Indonesia, jejak tukang cukur jalanan bisa ditemukan pada dokumentasi foto-foto zaman kolonial Belanda. Misalnya dokumentasi foto Indonesia tempo dulu milik KITLV (Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde) yang bermarkas di Leiden, Belanda.

Lembaga itu menyimpan banyak koleksi foto para tukang cukur rambut jalanan di beberapa kota besar Indonesia mulai periode 1911 hingga 1930-an. Misalnya foto aktivitas orang Madura di Surabaya yang berprofesi sebagai tukang cukur pada 1911 dan tukang cukur rambut asal Tiongkok di Medan pada 1931.

Tukang cukur memang pernah identik dengan orang Madura. Seperti ditulis Muh Syamsuddin dalam jurnalnya berjudul: Agama, Migrasi dan orang Madura pada 2007 lalu. Dia menganalisis bahwa perjalanan migrasi orang-orang dari pulau garam itu terjadi sejak konflik antara Trunojoyo dan Amangkurat II pada 1677. Konflik itu menyebabkan para pengikut Trunojoyo enggan kembali ke Madura. 

Orang-orang ini pada beberapa masa kemudian memilih mencari nafkah di sektor informal, seperti tukang soto, tukang sate, dan tukang cukur. Selain kuatnya tradisi migrasi itu merupakan bentuk jawaban terhadap kondisi ekologis pulau Madura yang gersang dan tandus.

Haryoto Kunto dalam bukunya berjudul: Wajah Bandoeng Tempo Doeloe (1984), pernah menuliskan bahwa orang Tiongkok di Bandung pada masa lalu ternyata juga dikenal menguasai profesi sebagai pemangkas rambut dan mengorek kotoran telinga dengan alat yang disebut "kili-kili."

Orang-orang Tiongkok zaman dulu juga banyak yang menjadi tukang cukur. Persebaran orang-orang dari daratan Tiongkok ini memang terjadi sejak berabad-abad lampau lamanya. Mereka bermigrasi dan menyebar ke banyak negara, termasuk ke pelosok-pelosok wilayah Nusantara.

Selain orang Madura dan Tiongkok, dalam buku itu Haryoto juga menyebut bahwa beberapa orang Jepang juga memiliki toko pangkas rambut di alun-alun Bandung pada 1932, misalnya Toko Tjijoda, Toko Nanko, dan Toyama. 

Selain daerah-daerah itu, tukang cukur belakangan juga identik dengan Garut. Ada ribuan tukang cukur lahir dari kota itu, dan menyebar ke banyak daerah. Konon, cerita banyaknya tukang cukur asal Garut ini lekat dengan kisah pemberontakan DI/TII yang dipimpin Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo, antara 1949 hingga 1950-an. 

Akibat konflik itu, banyak orang-orang garut bermigrasi ke daerah lain. Untuk bertahan hidup, mereka ada yang sekadar bekerja menjadi tukang cukur. Ternyata profesi itu menjanjikan, sehingga akhirnya banyak ditiru orang-orang Garut lainnya.

Bahkan, karena banyaknya orang Garut menjadi tukan cukur, sampai-sampai dijadikan bahan banyolan hakim yang memimpin sidang kasus pemberontakan Kartosoewirjo. Seperti ditulis dalam buku Tempo berjudul "Kartosoewirjo: mimpi negara Islam".

Di buku itu ditulis cerita dari sumber resmi tentara yang banyak dikutip di koran-koran pada waktu itu, yang menyebutkan bahwa pada sidang perdana, Kartosoewirjo ditanyai soal kejelasan identitas dan perkara yang dia hadapi. "Jangan sampai yang dihadirkan dalam sidang ini adalah Kartosoewirjo tukang cukur, bukan Kartosoewirjo pemimpin gerombolan," kata Hakim sidang waktu itu.


Sumber : 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar